IMAM
PURWANTO
35414222
2ID02
A. PENDAHULUAN
Secara
kodrati, manusia diciptakan berpasang-pasangan (Q.S. Ar-Ruum : 21) dengan
harapkan mampu hidup berdampingan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Dari sini
tampak bahwa sampai kapan pun, manusia tidak mampu hidup seorang diri, tanpa
bantuan dan kehadiran orang lain.
Salah
satu cara yang dipakai untuk melambangkan bersatunya
dua insan yang berlainan jenis dan sah menurut agama dan hukum adalah
pernikahan. Masing-masing daerah mempunyai tata upacara pernikahannya
sendiri-sendiri. Dalam bahasan ini, penulis akan mencoba mendeskripsikan tata
upacara pernikahan adat Jawa dipandang dari sudut pandang semiotika.
B. PEMBAHASAN
Pernikahan
adalah suatu rangkaian upacara yang dilakukan sepasang kekasih untuk menghalalkan
semua perbuatan yang berhubungan dengan kehidupan suami-istri guna membentuk
suatu keluarga dan meneruskan garis keturunan. Guna melakukan prosesi
pernikahan, orang Jawa selalu mencari hari baik, maka perlu dimintakan
pertimbangan dari ahli penghitungan hari baik berdasarkan patokan Primbon Jawa.
Setelah ditemukan hari baik, maka sebulan sebelum akad nikah, secara fisik
calon pengantin perempuan disiapkan untuk menjalani hidup pernikahan, dengan
cara diurut perutnya dan diberi jamu oleh ahlinya. Hal ini dikenal dengan
istilah diulik, yaitu pengurutan perut untuk menempatkan rahim dalam posisi
yang tepat agar dalam persetubuhan pertama memperoleh keturunan, dan minum jamu
Jawa agar tubuh ideal dan singset.
Sebelum
pernikahan dilakukan, ada beberapa prosesi yang harus
dilakukan, baik oleh pihak laki-laki maupun perempuan. Menurut Sumarsono
(2007), tata upacara pernikahan adat Jawa adalah sebagai berikut :
1.
Babak I (Tahap Pembicaraan)
Yaitu
tahap pembicaraan antara pihak yang akan punya hajatmantu dengan pihak
calon besan, mulai dari pembicaraan pertama sampai tingkat melamar dan
menentukan hari penentuan (gethok dina).
2.
Babak II (Tahap Kesaksian)
Babak
ini merupakan peneguhan pembicaaan yang disaksikan oleh pihak ketiga, yaitu
warga kerabat dan atau para sesepuh di kanan-kiri tempat tinggalnya, melalui
acara-acara sebagai berikut :
1. Srah-srahan
Yaitu
menyerahkan seperangkat perlengkapan sarana untuk melancarkan pelaksanaan acara
sampai hajat berakhir. Untuk itu diadakan simbol-simbol barang-barang yang mempunyai
arti dan makna khusus, berupa cincin, seperangkat busana putri, makanan
tradisional, buah-buahan, daun sirih dan uang. Adapun makna dan maksud
benda-benda tersebut adalah :
a. Cincin
emas
yang
dibuat bulat tidak ada putusnya, maknanya agar cinta mereka abadi tidak
terputus sepanjang hidup.
b. Seperangkat
busana putri
bermakna
masing-masing pihak harus pandai menyimpan rahasia terhadap orang lain.
c. Perhiasan
yang terbuat dari emas, intan dan berlian
mengandung
makna agar calon pengantin putri selalu berusaha untuk tetap bersinar dan tidak
membuat kecewa.
d. Makanan
tradisional
terdiri
dari jadah, lapis, wajik, jenang; semuanya terbuat dari beras ketan. Beras
ketan sebelum dimasak hambur, tetapi setelah dimasak, menjadi lengket. Begitu
pula harapan yang tersirat, semoga cinta kedua calon pengantin selalu lengket
selama-lamanya.
e. Buah-buahan
bermakna
penuh harap agar cinta mereka menghasilkan buah kasih yang bermanfaat bagi
keluarga dan masyarakat.
f. Daun
sirih
Daun
ini muka dan punggungnya berbeda rupa, tetapi kalau digigit sama rasanya. Hal
ini bermakna satu hati, berbulat tekad tanpa harus mengorbankan perbedaan.
2. Peningsetan
Lambang
kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua kesatuan yang ditandai dengan
tukar cincin antara kedua calon pengantin.
3. Asok
tukon
Hakikatnya
adalah penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu meringankan keuangan
kepada keluarga pengantin putri.
4. Gethok
dina
Menetapkan
kepastian hari untuk ijab qobul dan resepsi. Untuk mencari
hari, tanggal, bulan, biasanya dimintakan saran kepada orang yang ahli dalam
perhitungan Jawa.
3.
Babak III (Tahap Siaga)
Pada
tahap ini, yang akan punya hajat mengundang para sesepuh dan sanak saudara
untuk membentuk panitia guna melaksanakan kegiatan acara-acara pada waktu
sebelum, bertepatan, dan sesudah hajatan.
1. Sedhahan
Yaitu
cara mulai merakit sampai membagi undangan.
2. Kumbakarnan
Pertemuan
membentuk panitia hajatan mantu, dengan cara :
a. pemberitahuan
dan permohonan bantuan kepada sanak saudara, keluarga, tetangga, handai taulan,
dan kenalan.
b. adanya
rincian program kerja untuk panitia dan para pelaksana.
c. mencukupi
segala kerepotan dan keperluan selama hajatan.
d. pemberitahuan
tentang pelaksanaan hajatan serta telah selesainya pembuatan undangan.
3. Jenggolan atau Jonggolan
Saatnya
calon pengantin sekalian melapor ke KUA (tempat domisili calon pengantin
putri). Tata cara ini sering disebuttandhakan atau tandhan,
artinya memberi tanda di Kantor Pencatatan Sipil akan ada hajatan mantu,
dengan cara ijab.
4.
Babak IV (Tahap Rangkaian Upacara)
Tahap
ini bertujuan untuk menciptakan nuansa bahwa hajatan mantu sudah
tiba. Ada beberapa acara dalam tahap ini, yaitu :
1. Pasang
tratag dan tarub
Pemasangan tratag yang
dilanjutnya dengan pasang tarub digunakan sebagai tanda resmi bahwa
akan ada hajatan mantu dirumah yang bersangkutan. Tarub dibuat
menjelang acara inti. Adapun ciri kahs tarub adalah dominasi hiasan daun kelapa
muda (janur), hiasan warna-warni, dan kadang disertai dengan ubarampe berupa
nasi uduk (nasi gurih), nasi asahan, nasi golong, kolak ketan dan apem.
2. Kembar
mayang
Berasal
dari kata kembar artinya sama dan mayang
artinya bunga pohon jambe atau sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru,
lambang kebahagiaan dan keselamatan. Jika pawiwahan telah
selesai, kembar mayang dilabuh atau dibuang di perempatan
jalan, sungai atau laut dengan maksud agar pengantin selalu ingat asal muasal
hidup ini yaitu dari bapak dan ibu sebagai perantara Tuhan Yang Maha Kuasa.
Barang-barang untuk kembar mayang adalah :
a. Batang
pisang, 2-3 potong, untuk hiasan. Biasanya diberi alas dari tabung yang terbuat
dari kuningan.
b. Bambu
aur untuk penusuk (sujen), secukupnya.
c. Janur
kuning, ± 4 pelepah.
d. Daun-daunan:
daun kemuning, beringin beserta ranting-rantingnya, daun apa-apa, daun girang
dan daun andong.
e. Nanas
dua buah, pilih yang sudah masak dan sama besarnya.
f. Bunga
melati, kanthil dan mawar merah putih.
g. Kelapa
muda dua buah, dikupas kulitnya dan airnya jangan sampai tumpah. Bawahnya
dibuat rata atau datar agar kalau diletakkan tidak terguling dan air tidak
tumpah.
3. Pasang
tuwuhan (pasren)
Tuwuhan
dipasang di pintu masuk menuju tempat duduk pengantin. Tuwuhan biasanya berupa
tumbuh-tumbuhan yang masing-masing mempunyai makna :
a. Janur
Harapannya
agar pengantin memperoleh nur atau cahaya terang dari Yang
Maha Kuasa.
b. Daun
kluwih
Semoga
hajatan tidak kekurangan sesuatu, jika mungkin malah dapat lebih (luwih)
dari yang diperhitungkan.
c. Daun
beringin dan ranting-rantingnya
Diambil
dari kata ingin, artinya harapan, cita-cita atau keinginan yang didambakan
mudah-mudahan selalu terlaksana.
d. Daun dadap
serep
Berasal
dari suku kata rep artinya dingin, sejuk, teduh, damai, tenang
tidak ada gangguan apa pun.
e. Seuntai
padi (pari sewuli)
Melambangkan
semakin berisi semakin merunduk. Diharapkan semakin berbobot dan berlebih
hidupnya, semakin ringan kaki dan tangannya, dan selalu siap membantu sesama
yang kekurangan.
f. Cengkir
gadhing
Air
kelapa muda (banyu degan), adalah air suci bersih, dengan lambang ini
diharapkan cinta mereka tetap suci sampai akhir hayat.
g. Setundhun
gedang raja suluhan (setandan pisang raja)
Semoga
kelak mempunyai sifat seperti raja hambeg para marta, mengutamakan
kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
h. Tebu
wulung watangan (batang tebu hitam)
Kemantapan
hati (anteping kalbu), jika sudah mantap menentukan pilihan sebagai
suami atau istri, tidak tengok kanan-kiri lagi.
i. Kembang
lan woh kapas (bunga dan buah kapas)
Harapannya
agar kedua pengantin kelak tidak kekurangan sandang, pangan, dan papan. Selalu
pas, tetapi tidak pas-pasan.
j. Kembang
setaman dibokor (bunga setaman yang ditanam di air dalam bokor)
Harapannya
agar kehidupan kedua pengantin selalu cerah ibarat bunga di taman.
4. Siraman
Ubarampe yang
harus disiapkan berupa air bunga setaman, yaitu air yang diambil dari tujuh
sumber mata air yang ditaburi bunga setaman yang terdiri dari mawar, melati dan
kenanga. Tahapan upacara siraman adalah sebagai berikut :
– calon
pengantin mohon doa restu kepada kedua orangtuanya.
– calon mantu duduk
di tikar pandan tempat siraman.
– calon
pengatin disiram oleh pinisepuh, orang tuanya dan beberapa wakil
yang ditunjuk.
– yang
terakhir disiram dengan air kendi oleh bapak ibunya dengan mengucurkan ke muka,
kepala, dan tubuh calon pengantin. Begitu air kendi habis, kendi lalu dipecah
sambil berkata Niat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku
wadon.
5. Adol
dhawet
Upacara
ini dilaksanakan setelah siraman. Penjualnya adalah ibu calon
pengantin putri yang dipayungi oleh bapak. Pembelinya adalah para tamu dengan
uang pecahan genting (kreweng). Upacara ini mengandung harapan agar
nanti pada saat upacarapanggih dan resepsi, banyak tamu dan rezeki
yang datang.
6. Midodareni
Midodareni
adalah malam sebelum akad nikah, yaitu malam melepas masa lajang bagi kedua
calon pengantin. Acara ini dilakukan di rumah calon pengantin perempuan. Dalam
acara ini ada acara nyantrik untuk memastikan calon pengantin
laki-laki akan hadir dalam akad nikah dan sebagai bukti bahwa keluarga calon
pengantin perempuan benar-benar siap melakukan prosesi pernikahan di hari
berikutnya. Midodareni berasal dari kata widodareni
(bidadari), lalu menjadi midodareni yang berarti
membuat keadaan calon pengantin seperti bidadari. Dalam dunia pewayangan,
kecantikan dan ketampanan calon pengantin diibaratkan seperti Dewi Kumaratih
dan Dewa Kumajaya.
5. Babak V (Tahap Puncak Acara)
1. Ijab
qobul
Peristiwa
penting dalam hajatan mantu adalah ijab qobul dimana
sepasang calon pengantin bersumpah di hadapan naib yang disaksikan wali, pinisepuh
dan orang tua kedua belah pihak serta beberapa tamu undangan. Saat akad nikah,
ibu dari kedua pihak, tidak memakai subang atau giwang guna memperlihatkan
keprihatinan mereka sehubungan dengan peristiwa menikahkan atau ngentasake anak.
2. Upacara
panggih
Adapun
tata urutan upacara panggih adalah sebagai berikut :
a. Liron
kembar mayang
Saling
tukar kembar mayang antar pengantin, bermakna menyatukan
cipta, rasa dan karsa untuk mersama-sama mewujudkan kebahagiaan dan
keselamatan.
b. Gantal
Daun
sirih digulung kecil diikat benang putih yang saling dilempar oleh
masing-masing pengantin, dengan harapan semoga semua godaan akan hilang terkena
lemparan itu.
c. Ngidak
endhog
Pengantin
putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol seksual kedua pengantin
sudah pecah pamornya.
d. Pengantin
putri mencuci kaki pengantin putra
Mencuci
dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih yang diturunkan bersih dari
segala perbuatan yang kotor.
e. Minum
air degan
Air
ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air mani (manikem).
f. Di-kepyok dengan
bunga warna-warni
Mengandung
harapan mudah-mudahan keluarga yang akan mereka bina dapat berkembang
segala-galanya dan bahagia lahir batin.
g. Masuk
ke pasangan
Bermakna
pengantin yang telah menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan
kewajiban.
h. Sindur
Sindur atau
isin mundur, artinya pantang menyerah atau pantang mundur. Maksudnya pengantin
siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani karena benar.
Setelah
melalui tahap panggih, pengantin diantar duduk disasana riengga,
di sana dilangsungkan tata upacara adat Jawa, yaitu :
i. Timbangan
Bapak
pengantin putri duduk diantara pasangan pengantin, kaki kanan diduduki
pengantin putra, kaki kiri diduduki pengantin putri. Dialog singkat antara
Bapak dan Ibu pengantin putri berisi pernyataan bahwa masing-masing pengantin
sudah seimbang.
j. Kacar-kucur
Pengantin
putra mengucurkan penghasilan kepada pengantin putri berupa uang receh beserta
kelengkapannya. Mengandung arti pengantin pria akan bertanggung jawab memberi
nafkah kepada keluarganya.
k. Dulangan
Antara
pengantin putra dan putri saling menyuapi. Hal ini mengandung kiasan laku
memadu kasih diantara keduanya (simbol seksual). Dalam upacara dulangan ada
makna tutur adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung)
dilambangkan dengan sembilan tumpeng yang bermakna :
– tumpeng tunggarana :
agar selalu ingat kepada yang memberi hidup.
– tumpeng puput :
berani mandiri.
– tumpeng bedhah
negara : bersatunya pria dan wanita.
– tumpeng sangga
langit : berbakti kepada orang tua.
– tumpeng kidang
soka : menjadi besar dari kecil.
– tumpeng pangapit :
suka duka adalah wewenang Tuhan Yang Maha Esa.
– tumpeng manggada :
segala yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi.
– tumpeng pangruwat :
berbaktilah kepada mertua.
– tumpeng kesawa :
nasihat agar rajin bekerja.
3. Sungkeman
Sungkeman
adalah ungkapan bakti kepada orang tua, serta mohon doa restu. Caranya,
berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah, menyentuh lutut orang tua
pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti pengantin putra, baru
kemudian kepada bapak dan ibu pengantin putra.
C. TINJAUAN
DENGAN PENDEKATAN SEMIOTIKA
Pendekatan
yang dipakai dalam makalah ini adalah pendekatan semiotika. Semiotika memiliki
dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Charles Sander Peirce
(1839-1914). Keduanya mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak
mengenal satu sama lain, Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar
belakang keilmuan Saussure adalah Linguistik, sedangkan Peirce filsafat.
Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi (semiology),
sedangkan Peirce menyebut ilmu yang dibangunnya semiotika (semiotics).
Dalam perkembangan selanjutnya istilah semiotika lebih popular dari pada
semiologi.
Berdasarkan
hubungan tanda dan objek, Peirce membagi tanda menjadi tiga, yakni ikon (icon),
indeks (index) dan simbol (symbol). Ikon adalah sesuatu yang
berfungsi sebagai tanda berdasarkan kemiripannya dengan sesuatu yang lain.
Indeks adalah sebuah tanda yang dalam corak tandanya tergantung dari adanya
sebuah objek atau denotatum. Simbol adalah tanda yang hubungan antara
tanda dan objeknya ditentukan oleh sebuah peraturan yang berlaku umum. Berikut
penjelasan tanda berdasarkan kenyataan hubungan dengan jenis dasarnya :
1. Ikon
Ikon
merupakan tanda yang menyerupai benda yang diwakilinya, atau suatu tanda yang
menggunakan kesamaan atau ciri-ciri yang sama dengan apa yang dimaksudkannya.
Dalam hal ini cincin emas, seperangkat busana putri dan uang merupakan ikon,
karena benda-benda tersebut mewakili benda yang sebenarnya.
2. Indeks
Indeks
adalah tanda yang sifat tandanya tergantung dari keberadaanya suatu denotasi,
sehingga dalam terminologi Peirce merupakan secondness. Dengan kata
lain, indeks adalah suatu tanda yang mempunyai kaitan atau
kedekatan dengan apa yang diwakilinya. Dalam hal ini tarub, kembar
mayang, dan tuwuhan merupakan indeks. Hal ini dikarenakan item
tersebut hanya ditemui dalam upacara pernikahan adat Jawa.
3. Simbol
Simbol
adalah suatu tanda, dimana hubungan tanda dan denotasinya ditentukan oleh
peraturan yang berlaku umum atau ditentukan oleh suatu kesepakatan bersama
(konversi). Cincin emas, seperangkat busana putri, perhiasan yang terbuat dari
emas, intan dan berlian; makanan tradisional, buah-buahan, daun sirih,
peningset, janur, daun kluwih, daun beringin lengkap dengan ranting-rantingnya,
daun alang-alang, daun dadap sirep, seuntai padi, cengkir
gadhing, setandan pisang raja, batang tebu hitam, bunga dan buah kapas,
bunga setaman dan sungkeman merupakan simbol. Hal ini dikarenakan masing-masing
item tersebut memiliki makna simbolis yang terkandung di dalamnya.
D. PENUTUP
Demikianlah
tata upacara pernikahan Jawa yang sampai saat ini masih digunakan dalam
pernikahan di Jawa. Jika diamati secara detail, prosesi pernikahan di Jawa
terkesan njlimet atau rumit. Hal ini dikarenakan banyaknya
perlambang yang dipakai di dalamnya. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri,
karena sampai saat ini masyarakat Jawa masih senang menggunakan simbol atau
perlambang dalam kehidupannya.
0 komentar:
Posting Komentar