Imam
Purwanto
2ID02
35414222
Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan
kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai diperkirakan muncul pada
abad 5 M atau ± 400 M. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur
(dekat kota Tenggarong), tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diambil
dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut.
Nama Kutai diberikan oleh para ahli karena tidak ada prasasti yang secara jelas
menyebutkan nama kerajaan ini. Karena memang sangat sedikit informasi yang
dapat diperoleh akibat kurangnya sumber sejarah. Keberadaan kerajaan tersebut
diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu berupa prasasti yang
berbentuk yupa / tiang batu berjumlah 7 buah. Yupa yang menggunakan huruf
Pallawa dan bahasa sansekerta tersebut, dapat disimpulkan tentang keberadaan
Kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan, antara lain politik, sosial, ekonomi,
dan budaya.
Raja-raja yang memerintah ialah :
Ø
Kudungga (raja pertama).
Ø
Aswawarman.
Ø
Mulawarman.
1. Raja Kudungga
Raja Kudungga adalah raja pertama yang berkuasa di Kerajaan Kutai.
Tetapi, apabila dilihat dari nama raja yang masih menggunakan nama Indonesia,
para ahli berpendapat bahwa pada masa pemerintahan Raja Kudungga pengaruh Hindu
baru masuk ke wilayahnya. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah kepala
suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia mengubah struktur pemerintahannya
menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya menjadi raja, sehingga pergantian raja
dilakukan secara turun-temurun.
2. Aswawarman
Aswawarman mungkin adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak
Hindu. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi
gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang
putera, dan salah satunya adalah Mulawarman. Putra Aswawarman adalah
Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman,
Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir
seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur. Kerajaan
Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi
dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.
3. Mulawarman
Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan
Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari
cara penulisannya. Sementara itu Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa
(Kamboja) yang datang ke Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut
agama Hindu. Mulawarman adalah raja terbesar dari Kerajaan Kutai. Di bawah
pemerintahannya, Kerajaan Kutai mengalami masa yang gemilang. Rakyat hidup
tenteram dan sejahtera. Hanya ketiga raja tersebut yang tertulis dalam prasasti
Yupa. Sementara itu raja-raja lain setelah Mulawarman belum diketahui secara
pasti karena keterbatasan sumber sejarah.
A. KEHIDUPAN MASYARAKAT KERAJAAN KUTAI
Kehidupan sosial di
Kerajaan Kutai merupakan terjemahan dari prasasti-prasasti yang ditemukan oleh
para ahli. Diantara terjemahan tersebut adalah sebagai berikut:
- Masyarakat di Kerajaan Kutai
tertata, tertib dan teratur.
- Masyarakat di Kerajaan Kutai memiliki kemampuan beradaptasi dengan
budaya luar (India),
- Mengikuti pola perubahan zaman dengan tetap memelihara dan melestarikan
budayanya sendiri.
Kehidupan ekonomi di
Kutai, tidak diketahui secara pasti, kecuali disebutkan dalam salah satu
prasasti bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas dan tidak
menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan Brahmana. Tidak
diketahui secara pasti asal emas dan sapi tersebut diperoleh. Apabila emas dan
sapi tersebut didatangkan dari tempat lain, bisa disimpulkan bahwa kerajaan
Kutai telah melakukan kegiatan dagang. Jika dilihat dari letak geografis,
Kerajaan Kutai berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan
Kutai menjadi tempat yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat Kutai, disamping pertanian.
Sementara itu dalam
kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan
melalui upacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama Hindu) yang disebut
Vratyastoma. Vratyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman karena
Kudungga masih mempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya, sedangkan yang
memimpin upacara tersebut, menurut para ahli, dipastikan adalah para pendeta
(Brahmana) dari India. Tetapi pada masa Mulawarman kemungkinan sekali upacara
penghinduan tersebut dipimpin oleh kaum Brahmana dari orang Indonesia asli.
Adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwa kemampuan
intelektualnya tinggi, terutama penguasaan terhadap bahasa Sansekerta yang pada
dasarnya bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari, melainkan lebih merupakan
bahasa resmi kaum Brahmana untuk masalah keagamaan.
B. SISTEM POLITIK KERAJAAN KUTAI
Dalam kehidupan politik
seperti yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja terbesar Kutai adalah Mulawarman,
putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga. Dalam yupa juga
dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai Dewa Ansuman/Dewa Matahari dan
dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja. Hal ini berarti
Asmawarman sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri keluarga
atau dinasti dalam agama Hindu. Untuk itu para ahli berpendapat Kudungga masih
nama Indonesia asli dan masih sebagai kepala suku, yang menurunkan raja-raja
Kutai. Dalam kehidupan sosial terjalin hubungan yang harmonis/erat antara Raja
Mulawarman dengan kaum Brahmana, seperti yang dijelaskan dalam yupa, bahwa raja
Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana di dalam tanah
yang suci bernama Waprakeswara. Istilah Waprakeswara–tempat suci untuk memuja
Dewa Siwa di pulau Jawa disebut Baprakewara.
C. RUNTUHNYA KERAJAAN KUTAI
Kerajaan Kutai berakhir
saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di
tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu
diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai
Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute).
Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa
Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang
disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.
0 komentar:
Posting Komentar